Minggu, 27 Maret 2016

Kemegahan Borobudur Sebagai Situs Warisan Dunia


Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Desa Borobudur, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 Km di sebelah barat daya Semarang, 86 Km di sebelah barat Surakarta, dan 40 Km di sebelah barat laut Yogyakarta.  Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia.


Borobudur dibangun sekitar tahun 800 Masehi atau abad ke-9. Candi Borobudur dibangun oleh para penganut agama Buddha Mahayana pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra. Candi ini dibangun pada masa kejayaan dinasti Syailendra. Pendiri Candi Borobudur yaitu Raja Samaratungga yang berasal dari wangsa atau dinasti Syailendra. Kemungkinan candi ini dibangun sekitar tahun 824 M dan selesai sekitar menjelang tahun 900-an Masehi pada masa pemerintahan Ratu Pramudawardhani yang adalah putri dari Samaratungga. Sedangkan arsitek yang berjasa membangun candi ini menurut kisah turun-temurun bernama Gunadharma.


Borobudur dibangun di atas bukit dengan ketinggian 265 m (869 ft) dari permukaan laut dan 15 m (49 ft) di atas dasar danau purba yang telah mengering.
Arti nama Borobudur yaitu "biara di perbukitan", yang berasal dari kata "bara" (candi atau biara) dan "beduhur" (perbukitan atau tempat tinggi) dalam bahasa Sansekerta. Karena itu, sesuai dengan arti nama Borobudur, maka tempat ini sejak dahulu digunakan sebagai tempat ibadat penganut Buddha.



Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam.Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO. Sejak tahun 1991, Candi Borobudur ditetapkan sebagai World Heritage Site atau Warisan Dunia oleh UNESCO.

 

Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah objek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.

Jernihnya Telaga Nilam Kuningan


Telaga Nilam yang berada di kawasan Telaga Remis dan berjarak sekitar 500 m dari Telaga Remis, tepatnya di Desa Kaduela, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan ini memiliki air yang jernih dengan dasar bebatuan yang ditumbuhi dengan ganggang hijau serta berkedalaman hanya sekitar 3 m.



Pengunjung dapat menikmati indahnya dasar telaga dengan berenang atau pun menyelam, apalagi mengabadikannya melalui foto bawah air dengan menggunakan waterproof camera.


Dari Kota Cirebon, Telaga Nilam hanya berjarak 24 Km ke arah selatan, sedangkan dari pusat Kota Kuningan berjarak 35 Km ke arah utara.  Lokasinya yang strategis membuat obyek wisata ini mulai diminati pengunjung dari berbagai daerah di wilayah Cirebon sebagai wisata alam yang murah.





Kamis, 24 Maret 2016

Keindahan Kuningan dari Paralayang Warujimun Kuningan


Wisata Paralayang Warujimun Kuningan yang berada di lereng puncak bukit Cileuweung, Kelurahan Citangtu, Kecamatan Kuningan, Kabupaten Kuningan memiliki ketinggian sekitar 565 m dpl dan berjarak sekitar 3,6 Km dari Kota Kuningan.


Bukit Cileuweung mulai dibuka dan dijadikan tempat start paralayang dan gantole di Kuningan sejak tahun 2013 dimana keberadaan wahana olahraga paralayang ini memang sudah diakui dan telah mendapat pengakuan standar olahraga nasional, hanya saja latihan terbang paralayang dan gantole di tempat tersebut sejauh ini memang masih cukup jarang dan belum banyak diketahui masyarakat sedangkan akses jalan menuju ke lokasi cukup jauh dengan kondisi jalan beraspal yang mengelupas dan berbatu. Khusus kendaraan roda dua, disediakan dar inisiatif warga setempat dengan melewati kebun hutan untuk memotong jalur ke kawasan Paralayang.



Kawasan Paralayang ini bisa dijadikan destinasi wisata, bila dikelola dengan baik oleh Pemerintah Kabupaten Kuningan khususnya perbaikan akses jalan menuju kawasan Paralayang.





Curug Ngelay, "Sebuah Perjalanan Penuh Adrenalin"


Curug Ngelay yang berlokasi di Desa Bagawat, Kecamatan Selajambe, Kabupaten Kuningan masih alami dan belum dikelola dengan baik oleh desa atau Pemerintah Kabupaten Kuningan, padahal potensi yang dimilikinya sangat besar meskipun letaknya cukup tersembunyi dan sulit dijangkau.



Perjalanannya menantang adrenalin untuk menuju lokasi curug ini. Sebaiknya gunakan kendaraan motor yang kondisinya siap tanjakan & turunan



Lokasi curug masih alami sehingga dibutuhkan sepatu atau sandal yang khusus karena akan melewati jalan setapak sejauh 0,5 km dengan kondisi jalan yang lembab & cenderung berair di saat musim hujan. Perjalanan hunting yang cukup menantang adrenalin ini sebanding dengan apa yang kita dapatkan.




Rabu, 23 Maret 2016

Bukit Panembongan Kuningan yang Mempesona


Bukit Panembongan yang berada di Desa Tembong, Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan memiliki luas sekitar 2 Ha dengan ketinggian sekitar 500 m dpl, menyuguhi view pemandangan alam terbuka, yang menghadap ke arah selatan, dimana di bawahnya terdapat hamparan pemandangan persawahan, rumah pedesaan serta hamparan bukit-bukit.



Akses jalan menuju ke Bukit Panembongan masih kurang memadai, jalan sempit, berbatu dan lumayan ekstrim, karena belum diaspal. Objek wisata Bukit Panembongan yang masuk pada hutan milik Perhutani ini dikelola oleh Karang Taruna Desa Tembong yang bekerja sama dengan pihak Perhutani.







Cadas Gantung Kuningan yang Menawan


Cadas Gantung Kuningan yang berlokasi di ujung timur Kuningan, tepatnya berada di Desa Citundun, Kecamatan Ciwaru, Kabupaten Kuningan dengan kondisi topografi dataran perbukitan berupa kebun, pesawahan dan hutan alam pada ketinggian antara 500 m dpl sampai 750 m dpl.



Desa Citundun berjarak sekitar 43 Km dari Kuningan Kota ke arah timur dengan kondisi jalan cukup bagus berhotmik. Perjalanan panjang menyusuri Kabupaten Kuningan timur ini memberikan pengalaman yang sungguh luar biasa dan tak akan terlupakan karena dibutuhkan perjuangan extra berat untuk menggapai desa yang berada di ujung timur Kabupaten Kuningan ini. Selain perjalanan yang memang tak mudah, juga harus menempuh jalan menanjak, curam dan berkelok, infrastruktur yang buruk pun menambah sulit perjalanan menuju desa tersebut.



Di area Cadas Gantung ini terdapat Bumi Perkemahan Cadas Gantung yang berada pada puncak bukit yang lapang dan terbuka bekas pesawahan yang tidak digarap dan hutan pinus yang rimbun pada ketinggian 750 mdpl dengan luas kurang lebih 5 Ha berjarak sekitar 1 Km dari Kampung Cirahayu dan sekitar 500 meter sebelum Curug Walet dapat ditempuh antara 20–30 menit perjalanan.


Pemandangan alam (landscape) di lokasi ini sangat indah dan menakjubkan baik yang berada selama perjalanan menuju Bumi Perkemahan maupun dari Bumi Perkemahan Cadas Gantung.






Cadas Gantung Leuwimunding Si "Tebing Keraton" Majalengka


Cadas Gantung Majalengka atau disebut juga dengan "Tebing Keraton"nya Majalengka berada di Desa Mirat, Kecamatan Leuwimunding, Kabupaten Majalengka dengan ketinggian 500-750 mdpl.




Lokasi cadas  ini mudah dijangkau hanya treknya agak curam dan berliku dengan berjalan kaki menanjak sejauh kurang lebih 300 m.


Destinasi wisata alam ini memiliki pemandangan yang sangat indah saat berada di puncak tebing dengan banyaknya cadas di berbagai lokasi yang bisa dijadikan tempat yang cocok bagi fotografer untuk mengambil foto sang talent dengan latar belakang pemandangan bawah cadas yang indah.






Situ Wulukut Sang "Ranukumbolo" Kuningan yang Mengesankan


Situ Wulukut yang berada di Desa Kertayuga, Kecamatan Nusaherang, Kabupaten Kuningan merupakan situ yang dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Kuningan pada tahun 2005 sebagai upaya dalam mengantisipasi kekurangan air pada masa yang akan datang.



Situ yang berjarak kurang lebih 1 km dari Desa Kertayuga mempunyai akses yang cukup menantang  karena medannya menanjak, berbatu dan licin saat musim hujan sehingga dibutuhkan perjuangan yang extra berat tapi semua itu akan terbayar dengan keindahan alam yang menyerupai keindahan Ranukumbolo yang berada di Gunung Semeru. Maka tak heran Situ Wulukut disebut juga Sang "Ranukumbolo" Kuningan.